Sejarah Masjid Al-Aqsa – Area masjid ini pernah menjadi bagian dari perluasan pembangunan bukit oleh Raja Herodes Agung, yang dimulai pada 20 SM. Herodes memerintahkan para tukang untuk memotong permukaan batu di sisi timur dan selatan bukit, dan melapisinya. Sisa-sisa pembangunan ini masih bisa ditemukan di beberapa lokasi.
Pada saat Candi Kedua masih berdiri, situs di mana masjid saat ini berdiri juga dikenal dengan sebutan Serambi Sulaiman, dan di setiap sisinya terdapat lumbung candi yang disebut chanuyot, yang memanjang hingga ke sisi selatan bukit.
Konstruksi tiang-tiang persegi besar di bagian utara masjid dan dindingnya, yang belakangan ditetapkan jauh lebih tua dari perkiraan para peneliti sebelumnya (berdasarkan tulisan para saksi mata pada masa itu), adalah bahwa konstruksi ini berasal dari zaman itu. dari pemerintahan Romawi. Temboknya dibangun kembali atau diperkuat tidak lama setelah kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M.
Struktur bawah tanah bangunan ini berasal dari kembalinya orang-orang Yahudi dari pengasingan mereka di Babilonia, yaitu 2.300 tahun yang lalu. Situasi politik membuat penggalian lebih lanjut di sekitar area tidak mungkin dilakukan. Ketika gempa bumi tahun 1930-an merusak masjid, beberapa bagian kayu bertanggal 900 SM.
Kayunya adalah cemara (sejenis pinus) dan akasia. Jenis yang terakhir menurut Alkitab digunakan oleh Raja Sulaiman dalam pembangunan gedung-gedungnya di atas bukit pada 900 SM. Bersama dengan Kuil, chanuyot yang ada dihancurkan oleh serangan Kaisar Romawi Titus (yang saat itu masih menjadi jenderal) pada tahun 70.
Kaisar Justinian membangun sebuah gereja Kristen di situs ini pada tahun 530-an, didedikasikan untuk Perawan Maria dan diberi nama sebagai “Gereja Bunda Kita”. Gereja ini kemudian dihancurkan oleh Kaisar Sassania Khosrau II pada awal abad ke-7, meninggalkannya dalam reruntuhan.
Asal Usul Masjid al-Aqsa
Ibn Khaldun menyajikan dengan sangat menarik sejarah Bait al-Maqdis dari masa ke masa dalam bukunya yang terkenal, al-Muqaddimah. Sejarah Bait al-Maqdis diulas dalam bab yang berjudul Faslun fi al-Masjid wa al-Buyut al-Adhimah fil Alam:
Bait al-Maqdis atau yang sering disebut Masjid al-Aqsa pada masa awal Sabeans adalah kuil Zahrah (Dewi Venus). Sabean menggunakan minyak sebagai hidangan pengorbanan yang ditaburkan dan disiramkan di bebatuan di kuil. Kuil pemujaan Dewi Venus ini pada tahap selanjutnya rusak. Dan ketika Bani Israil berhasil menguasai Yerusalem, mereka menggunakan batu dari bekas pemujaan di kuil Zahrah sebagai kiblat untuk ibadah mereka. “”
Selain sejarah dari Masjid Al-Aqsa, masjid di Indonesia masih banyak yang perlu diperhatikan karena tidak layak atau yang berlokasi didaerah yang terpencil. Dikarenakan memerlukan bantuan untuk membangun masjid ini menjadi layak dan mempermudah umat muslim untuk beribadah, dengan yayasan masjid pedesaan , yang dapat membantu mengumpulkan dana dari para dermawan untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk membangun masjid-masjid untuk kembali layak dan nyaman bagi para penduduk muslim yang kesulitan mencari tempat ibadah didaerahnya.
